Rabu, 30 April 2014

RENUNGAN


Assalamualaikum,...Setiap manusia diperintahkan taat kepada Allah dan Rasulullah Muhammad SAW. Dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, jelas kita akan memperoleh pahala yang bisa menjadi lantaran memperoleh rahmat Allah, yang antara lain berupa surga. Artinya, jika kita ber’itikad atau meyakini bahwa yang memasukkan kita ke surga adalah rahmat Allah yang kita peroleh dengan beramal soleh, ya boleh-boleh saja. Namun jika kita meyakini bahwa yang memasukkan kita ke surga adalah pahala dan amal shaleh kita itu termasuk syirik.
Begitu juga dengan rangkaian doa dalam ilmu hikmah, seperti hizib atau asma yang disusun oleh para ulama yang biasanya diawali lafadz  “Allahumma, Ya Allah…” jika kita meyakini bahwa doa-doa ilmu hikmah hanyalah sarana untuk memohon kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Dzat yang bisa memberi dan menolong, tentu tidak ada masalah. Namun jika kita meyakini bahwa doa itulah yang mendatangkan kekayaan atau membuat selamat, perbuatan kita tersebut termasuk syirik.
Kita perlu berhati-hati, tidak mudah mengatakan perbuatan ini syirik, perbuatan itu musyrik. Karena syirik itu letaknya di hati, yang tidak diketahui oleh orang tersebut dan hanya Allah SWT yang tahu.
Tidak usah jauh-jauh tentang ilmu hikmah, meyakini bahwa seseorang meninggal dunia karena terkena penyakitpun sudah syirik. Sebab, kematian apapun penyebabnya, adalah ketetapan Allah Ta’ala atas setiap mahluk-Nya yang bernyawa. Jika Allah menghendaki seseorang mati, baik ada penyakit maupun tidak, pasti orang itu akan mati. Maka jika ada yang meyakini bahwa penyakit bisa membawa kematian, atau kesehatan bisa memperpanjang usia, itu juga bisa digolongkan sebagai syirik.
 Yang penting mari kita jaga i’tiqad baik-baik agar tidak tersusupi kemusyrikan.
Untuk menuju kepada Allah SWT, kita memerlukan TAUHID yang murni. Berikut beberapa ”Penjara” dimana seseorang harus bisa membebaskan diri ketika harus berhadapan dengan Allah SWT.
Yang pertama membebaskan diri daripada penjara alam jasad: Penjara alam jasad adalah hawa nafsu. Di dalam penjara ini tersedia banyak hidangan yang lezat-lezat, seperti kekuasaan, kemuliaan, puji-pujian, tamak, loba, dengki, khianat dan sebagainya. Jika mau bebas daripada penjara ini perlulah menjauhkan diri daripada perkara yang tidak baik itu, perkara-perkara itu menjadi penghalang.
Penjara kedua adalah dunia: Penjara ini mengandung berbagai keindahan dan keseronokan yang menjanjikan keabadian yang palsu kepada salik. Penjara ini menghidangkan berbagai jenis nikmat yang seronok dan menggairahkan. Dengan lain kata inilah yang dikatakan penjara syahwat. Jikalau salik lalai dan panjang angan-angan, maka nampaknya tidak ada kemungkinan salik itu dapat bebas daripada penjara ini.
Penjara ketiga adalah akhirat. Nampaknya hidangan-hidangan yang disediakan dalam penjara ini lebih enak daripada penjara dunia, di sini hidangannya adalah pahala, syurga dan bidadari yang cantik lagi menggoda. Rantai yang membelenggu dalam penjara ini adalah kehendak dan keinginan diri sendiri. Menganggap diri sendirilah yang melakukan segala sesuatu sama ada baik atau buruk….Bagaimanapun, kendaraan yang dapat membebaskan salik daripada penjara ini adalah ilmu, yaitu salik tidak memandang kepada perbuatannya tetapi adalah anugerah daripada Alloh SWT.
Penjara keempat adalah alam malaikat. Inilah penjara alam wujud yang terakhir. Hidangan yang terdapat dalam penjara ini adalah mendapatkan keramatan keampuhan dan kemuliaan di sisi Mahluk. Rantai yang membelenggu salik dalam penjara alam malaikat ini adalah sisa-sisa kehendak diri sendiri dan kesadaran tentang diri sendiri, Yaitu segala yang dilakukan adalah atas daya diri sendiri bukan karunia dari Alloh SWT.Untuk keluar dari penjara ini perlulah menghapuskan segala kehendak, keinginan, cita-cita dan angan-angan dengan menyadari bahwa salik adalah kosong, yang ada hanyalah Alloh semata-mata.
Penjara kelima adalah ilmu Allah SWT. Ilmu Allah SWT bukanlah alam namun tidak keluar dari alam, sebagaimana empat penjara yang sebelumnya, yang mana penjara-penjara tersebut adalah alam ciptaan Penciptanya. Ilmu Alloh adalah sesuatu yang bersangkutan dengan hal-hal keILAHIYAHAan itu sendiri.Hidangan yang terdapat dalam penjara ilmu ini adalah rahasia-rahasia yang ghoib-ghaib tentang hukum-hukum Alloh SWT. Dalam hal ilmu Allah ini, salik dapat melihat pengaturan Allah yang menggerakkan alam dan semua kejadian yang berlaku di dalamnya. Ilmu Allah sangat luas dan tidak Ada persamaanNya.Salik yang asyik dengan ilmu Allah akan terpenjara di dalamnya buat selama-lamanya.
Penjara keenam adalah makrifatullah. Ini adalah penjara yang paling kuat dan sangat sulit untuk di lepas maka kita perlu berhati-hati, ilmu Allah dan makrifatullah bukanlah alam, tetapi HAQ yang berkaitan dengan hal-hal keilahian-Nya sendiri, hidangan yang terdapat di sini adalah hakikat-hakikat alam semesta akan tampak nyata jauh dekat sama, hal-hal yang rahasia-rahasia berkaitan keilahian itu janganlah di sampaikan ke orang yang belum sampai ke pemahaman tersebut.
Salah satu upaya untuk membebaskan diri dari Penjara di atas maka ada cara/jalan menuju Allah SWT yang disebut tarikat/tarikat. Tarikat adalah teman kembar dari syariat. Semua tarikat yang mu’tabarah ada gurunya masing-masing dan mempunyai sumber yang sama, yaitu Baginda Nabi SAW, melalui jalur beberapa sahabat, diantaranya Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq RA, Umar Bin Khattab RA, Ali Bin Abi Thalib RA, Anas RA, Salman Al Farisi RA.
Rasulullah SAW mengajarkan agar kita suka berdzikir dan bermacam-macam cara berdzikir dilakukan sejak sahabat Rasulullah SAW sesuai dengan kemampuan mereka. Misalkan ada yang mampu berdzikir dalam hitungan puluhan, maka disediakan pintunya. sedangkan bagi yang mampu hingga hitungan ribuan, juga disediakan pintunya. Tapi semua dzikir itu berdasarkan ayat: ala bidzikrillahi tatmainul qulub yang artinya berdzikir itu akan menenangkan hati, dan firman Allah SWT yang memerintahkan kita untuk memperbanyak dzikir. Sementara inti dari dzikir-dzikir tersebut sama yaitu supaya tidak lupa/lalai kepada Allah SWT dan mendekat sedekat dekatnya kepada Ilahi.
Inti dari semua tarikat tersebut adalah dzikir kesaksian yaitu LAA ILAAHA ILALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH dan dzikir sirrnya yaitu ALLAH, ALLAH, ALLAH atau HU, HU, HU,(Dia, Dia, Dia) serta dzikir lain yang terkait dengan mentauhidkan Allah SWT.
Dzikir dalam tarikat tersebut sejatinya bukan bacaan untuk mencari pahala, tetapi meraih buahnya, yaitu selalu mengingat Allah SWT. Buah ini akan mewarnai kehidupan individu atau pribadi yang menjalankan tarikat tersebut. Perumpamaan ini bukan berarti membandingkan kalimah Laa Ilahailallah dengan dunia, melainkan untuk memahami, seseorang yang mempunyai cincin yang dihiasi batu permata yang tiada ternilai harganya, maka cincin itu akan dijaganya baik-baik. Ketika hendak makan saja, cincin itu disimpannya dikantong khusus agar tidak kotor atau terjatuh.
Itu baru batu. Lalu bagaimana dengan kalimah LAA ILAHAILALLAH MUHAMMMADUR RASULULLAH, yang nilainya tidak bisa kita takar seperti cincin bertahtakan batu permata tersebut? Kalimat tahlil ini mesti mengiringi dan mewarnai saat kita makan. Maksudnya, nasi yang kita makan sekedar sebagai sarana mencari kenyang, sementara yang memberikan rasa kenyang hanyalah Allah SWT. Jadi kita akan selalu ingat bahwa tiada dzat yang yang wajib disembah kecuali Allah SWT. Dan kita juga akan selalu ingat akan perintah dan larangan-Nya.
Kita akan selalu merasa didengar dan dilihat oleh Allah SWT. Dan bila sudah demikian mungkinkah kita akan banyak melakukan hal yang tidak disukai Allah SWT dan RasulNya? Tentu saja tidak. Ketika kita menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya pun kita kembalikan kepada Allah SWT. sehingga muncullah keikhlasan dalam setiap perilaku kita. Inilah tarikat. Jadi bukan hanya untuk mencari pahala, atau pendekatan diri kepada Allah SWT diwaktu mengamalkan. Akan tetapi mampukah kita membawa buah dari kalimah tahlil ini dalam kehidupan sehari-hari.
Keistimewaan kalimah tahlil dalam setiap tarikat itu berbeda-beda. seperti keistimewaan tumbuh-tumbuhan yang diciptakan Allah SWT. Misalnya daun kumis kucing berkhasiat bagi orang yang kena penyakit kencing manis. Ada juga daun delima, atau daun keci beling dan sebagainya. Tumbuhan itu di beri kelebihan masing-masing oleh Allah SWT.
Begitu juga dengan kalimat tahlil dalam setiap tarikat. Kalimah ini bak lautan yang tak bertepi. Walau keistimewaanya dibagi-bagi kepada Tarikat Syadzaliyah, Qadiriyah, Maulawiyah dan sebagainya tak kan pernah habis. Justru kita akan melihat keagungan ilmu Allah SWT yang ditunjukan kepada kita. Karena itu yang penting bagi kita adalah bagaimana kita belajar salah satu tarikat yang sekiranya mampu diamalkan dan menjalankan ajarannya secara istiqamah.
Tarikat-Tarikat yang dipegang oleh para Awliya seperti Syekh Abdul Qadir Al Jilani, Syekh Abu Hlani, Syekh Abu Hasan Asy Syadzili, Sayiid Ahmad Ar Rifa’i, Syaikh Ahmad Al Badawi, Syekh Ibrahim Ad Dasuki dan tokoh-tokoh ulama yang lain tidak mungkin akan menyesatkan dengan ajarannya. Sebab, dipundak mereka ini terdapat amanah Rasulullah SAW. Bukankah mereka itu waratsatul anbiya? Karena itu pula kita yakin, para ulama itu yang takutnya hanya kepada Allah SWT tidak akan menyesatkan kita. Jadi jelaslah bahwa tarikat yang bersumber dari para awliya tersebut tidak akan lepas dari Al Qur’an dan sunnah Nabi SAW. Wallahua’lam ulasan yang serba terbatas ini semoga ada manfaatnya.wassalam

Tidak ada komentar:

Posting Komentar