Assalamualaikum,...Setiap manusia diperintahkan taat kepada Allah dan
Rasulullah Muhammad SAW. Dengan taat kepada Allah dan Rasul-Nya, jelas kita
akan memperoleh pahala yang bisa menjadi lantaran memperoleh rahmat Allah, yang
antara lain berupa surga. Artinya, jika kita ber’itikad atau meyakini bahwa
yang memasukkan kita ke surga adalah rahmat Allah yang kita peroleh dengan
beramal soleh, ya boleh-boleh saja. Namun jika kita meyakini bahwa yang
memasukkan kita ke surga adalah pahala dan amal shaleh kita itu termasuk
syirik.
Begitu juga dengan rangkaian doa dalam ilmu hikmah,
seperti hizib atau asma yang disusun oleh para ulama yang biasanya diawali
lafadz “Allahumma, Ya Allah…” jika kita meyakini bahwa doa-doa ilmu
hikmah hanyalah sarana untuk memohon kepada Allah SWT sebagai satu-satunya Dzat
yang bisa memberi dan menolong, tentu tidak ada masalah. Namun jika kita
meyakini bahwa doa itulah yang mendatangkan kekayaan atau membuat selamat,
perbuatan kita tersebut termasuk syirik.
Kita perlu berhati-hati, tidak mudah mengatakan
perbuatan ini syirik, perbuatan itu musyrik. Karena syirik itu letaknya di
hati, yang tidak diketahui oleh orang tersebut dan hanya Allah SWT yang tahu.
Tidak usah jauh-jauh tentang ilmu hikmah, meyakini
bahwa seseorang meninggal dunia karena terkena penyakitpun sudah syirik. Sebab,
kematian apapun penyebabnya, adalah ketetapan Allah Ta’ala atas setiap
mahluk-Nya yang bernyawa. Jika Allah menghendaki seseorang mati, baik ada
penyakit maupun tidak, pasti orang itu akan mati. Maka jika ada yang meyakini
bahwa penyakit bisa membawa kematian, atau kesehatan bisa memperpanjang usia,
itu juga bisa digolongkan sebagai syirik.
Yang penting mari kita jaga i’tiqad
baik-baik agar tidak tersusupi kemusyrikan.
Untuk menuju kepada Allah SWT, kita memerlukan TAUHID
yang murni. Berikut beberapa ”Penjara” dimana seseorang harus bisa membebaskan
diri ketika harus berhadapan dengan Allah SWT.
Yang pertama membebaskan diri daripada penjara alam
jasad: Penjara alam jasad adalah hawa nafsu. Di dalam penjara ini tersedia
banyak hidangan yang lezat-lezat, seperti kekuasaan, kemuliaan, puji-pujian,
tamak, loba, dengki, khianat dan sebagainya. Jika mau bebas daripada penjara
ini perlulah menjauhkan diri daripada perkara yang tidak baik itu,
perkara-perkara itu menjadi penghalang.
Penjara kedua adalah dunia: Penjara ini mengandung
berbagai keindahan dan keseronokan yang menjanjikan keabadian yang palsu kepada
salik. Penjara ini menghidangkan berbagai jenis nikmat yang seronok dan
menggairahkan. Dengan lain kata inilah yang dikatakan penjara syahwat. Jikalau
salik lalai dan panjang angan-angan, maka nampaknya tidak ada kemungkinan salik
itu dapat bebas daripada penjara ini.
Penjara ketiga adalah akhirat. Nampaknya
hidangan-hidangan yang disediakan dalam penjara ini lebih enak daripada penjara
dunia, di sini hidangannya adalah pahala, syurga dan bidadari yang cantik lagi
menggoda. Rantai yang membelenggu dalam penjara ini adalah kehendak dan
keinginan diri sendiri. Menganggap diri sendirilah yang melakukan segala
sesuatu sama ada baik atau buruk….Bagaimanapun, kendaraan yang dapat
membebaskan salik daripada penjara ini adalah ilmu, yaitu salik tidak memandang
kepada perbuatannya tetapi adalah anugerah daripada Alloh SWT.
Penjara keempat adalah alam malaikat. Inilah penjara
alam wujud yang terakhir. Hidangan yang terdapat dalam penjara ini adalah
mendapatkan keramatan keampuhan dan kemuliaan di sisi Mahluk. Rantai yang
membelenggu salik dalam penjara alam malaikat ini adalah sisa-sisa kehendak
diri sendiri dan kesadaran tentang diri sendiri, Yaitu segala yang dilakukan
adalah atas daya diri sendiri bukan karunia dari Alloh SWT.Untuk keluar dari
penjara ini perlulah menghapuskan segala kehendak, keinginan, cita-cita dan
angan-angan dengan menyadari bahwa salik adalah kosong, yang ada hanyalah Alloh
semata-mata.
Penjara kelima adalah ilmu Allah SWT. Ilmu Allah SWT
bukanlah alam namun tidak keluar dari alam, sebagaimana empat penjara yang
sebelumnya, yang mana penjara-penjara tersebut adalah alam ciptaan Penciptanya.
Ilmu Alloh adalah sesuatu yang bersangkutan dengan hal-hal keILAHIYAHAan itu
sendiri.Hidangan yang terdapat dalam penjara ilmu ini adalah rahasia-rahasia
yang ghoib-ghaib tentang hukum-hukum Alloh SWT. Dalam hal ilmu Allah ini, salik
dapat melihat pengaturan Allah yang menggerakkan alam dan semua kejadian yang
berlaku di dalamnya. Ilmu Allah sangat luas dan tidak Ada persamaanNya.Salik
yang asyik dengan ilmu Allah akan terpenjara di dalamnya buat selama-lamanya.
Penjara keenam adalah makrifatullah. Ini adalah
penjara yang paling kuat dan sangat sulit untuk di lepas maka kita perlu
berhati-hati, ilmu Allah dan makrifatullah bukanlah alam, tetapi HAQ yang
berkaitan dengan hal-hal keilahian-Nya sendiri, hidangan yang terdapat di sini
adalah hakikat-hakikat alam semesta akan tampak nyata jauh dekat sama, hal-hal
yang rahasia-rahasia berkaitan keilahian itu janganlah di sampaikan ke orang
yang belum sampai ke pemahaman tersebut.
Salah satu upaya untuk membebaskan diri dari Penjara
di atas maka ada cara/jalan menuju Allah SWT yang disebut tarikat/tarikat.
Tarikat adalah teman kembar dari syariat. Semua tarikat yang mu’tabarah ada
gurunya masing-masing dan mempunyai sumber yang sama, yaitu Baginda Nabi SAW,
melalui jalur beberapa sahabat, diantaranya Sayyidina Abu Bakar Ash Shiddiq RA,
Umar Bin Khattab RA, Ali Bin Abi Thalib RA, Anas RA, Salman Al Farisi RA.
Rasulullah SAW mengajarkan agar kita suka berdzikir
dan bermacam-macam cara berdzikir dilakukan sejak sahabat Rasulullah SAW sesuai
dengan kemampuan mereka. Misalkan ada yang mampu berdzikir dalam hitungan
puluhan, maka disediakan pintunya. sedangkan bagi yang mampu hingga hitungan
ribuan, juga disediakan pintunya. Tapi semua dzikir itu berdasarkan ayat: ala
bidzikrillahi tatmainul qulub yang artinya berdzikir itu akan menenangkan hati,
dan firman Allah SWT yang memerintahkan kita untuk memperbanyak dzikir.
Sementara inti dari dzikir-dzikir tersebut sama yaitu supaya tidak lupa/lalai
kepada Allah SWT dan mendekat sedekat dekatnya kepada Ilahi.
Inti dari semua tarikat tersebut adalah dzikir
kesaksian yaitu LAA ILAAHA ILALLAH MUHAMMADUR RASULULLAH dan dzikir sirrnya
yaitu ALLAH, ALLAH, ALLAH atau HU, HU, HU,(Dia, Dia, Dia) serta dzikir lain
yang terkait dengan mentauhidkan Allah SWT.
Dzikir dalam tarikat tersebut sejatinya bukan bacaan
untuk mencari pahala, tetapi meraih buahnya, yaitu selalu mengingat Allah SWT.
Buah ini akan mewarnai kehidupan individu atau pribadi yang menjalankan tarikat
tersebut. Perumpamaan ini bukan berarti membandingkan kalimah Laa Ilahailallah
dengan dunia, melainkan untuk memahami, seseorang yang mempunyai cincin yang
dihiasi batu permata yang tiada ternilai harganya, maka cincin itu akan
dijaganya baik-baik. Ketika hendak makan saja, cincin itu disimpannya dikantong
khusus agar tidak kotor atau terjatuh.
Itu baru batu. Lalu bagaimana dengan kalimah LAA ILAHAILALLAH
MUHAMMMADUR RASULULLAH, yang nilainya tidak bisa kita takar seperti cincin
bertahtakan batu permata tersebut? Kalimat tahlil ini mesti mengiringi dan
mewarnai saat kita makan. Maksudnya, nasi yang kita makan sekedar sebagai
sarana mencari kenyang, sementara yang memberikan rasa kenyang hanyalah Allah
SWT. Jadi kita akan selalu ingat bahwa tiada dzat yang yang wajib disembah
kecuali Allah SWT. Dan kita juga akan selalu ingat akan perintah dan
larangan-Nya.
Kita akan selalu merasa didengar dan dilihat oleh
Allah SWT. Dan bila sudah demikian mungkinkah kita akan banyak melakukan hal
yang tidak disukai Allah SWT dan RasulNya? Tentu saja tidak. Ketika kita
menjalankan perintah dan menjauhi larangan-Nya pun kita kembalikan kepada Allah
SWT. sehingga muncullah keikhlasan dalam setiap perilaku kita. Inilah tarikat.
Jadi bukan hanya untuk mencari pahala, atau pendekatan diri kepada Allah SWT
diwaktu mengamalkan. Akan tetapi mampukah kita membawa buah dari kalimah tahlil
ini dalam kehidupan sehari-hari.
Keistimewaan kalimah tahlil dalam setiap tarikat itu
berbeda-beda. seperti keistimewaan tumbuh-tumbuhan yang diciptakan Allah SWT.
Misalnya daun kumis kucing berkhasiat bagi orang yang kena penyakit kencing
manis. Ada juga daun delima, atau daun keci beling dan sebagainya. Tumbuhan itu
di beri kelebihan masing-masing oleh Allah SWT.
Begitu juga dengan kalimat tahlil dalam setiap
tarikat. Kalimah ini bak lautan yang tak bertepi. Walau keistimewaanya
dibagi-bagi kepada Tarikat Syadzaliyah, Qadiriyah, Maulawiyah dan sebagainya
tak kan pernah habis. Justru kita akan melihat keagungan ilmu Allah SWT yang
ditunjukan kepada kita. Karena itu yang penting bagi kita adalah bagaimana kita
belajar salah satu tarikat yang sekiranya mampu diamalkan dan menjalankan
ajarannya secara istiqamah.
Tarikat-Tarikat yang
dipegang oleh para Awliya seperti Syekh Abdul Qadir Al Jilani, Syekh Abu Hlani,
Syekh Abu Hasan Asy Syadzili, Sayiid Ahmad Ar Rifa’i, Syaikh Ahmad Al Badawi,
Syekh Ibrahim Ad Dasuki dan tokoh-tokoh ulama yang lain tidak mungkin akan
menyesatkan dengan ajarannya. Sebab, dipundak mereka ini terdapat amanah
Rasulullah SAW. Bukankah mereka itu waratsatul anbiya? Karena itu pula kita
yakin, para ulama itu yang takutnya hanya kepada Allah SWT tidak akan
menyesatkan kita. Jadi jelaslah bahwa tarikat yang bersumber dari para awliya
tersebut tidak akan lepas dari Al Qur’an dan sunnah Nabi SAW. Wallahua’lam
ulasan yang serba terbatas ini semoga ada manfaatnya.wassalam
Tidak ada komentar:
Posting Komentar