BERDZIKIR
SESUDAH SHALAT FARDHU
Secara Umum
Jenis dzikir ada dua
1.MUTHLAQ
Atau
dzikir-dzikir yang sifatnya muthlaq, yaitu dzikir di setiap keadaan baik
berbaring, duduk dan berjalan sebagaimana diterangkan oleh ‘A`isyah bahwa
beliau berdzikir di setiap keadaan (HR. Muslim). Akan tetapi tidak boleh
berdzikir/menyebut nama Allah di tempat-tempat yang kotor dan najis seperti
kamar mandi atau wc.
2. MUQAYYAD
Di dalam
Al-Qur`an dan As-Sunnah diterangkan tentang keutamaan berdzikir kepada Allah,
baik yang sifatnya muqayyad (tertentu
dan terikat dengan Ibadah tertentu, misal
SESUDAH Shalat Fardhu), yakni waktu, bilangan dan Tatacaranya terikat sesuai dengan keterangan dalam Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
SESUDAH Shalat Fardhu), yakni waktu, bilangan dan Tatacaranya terikat sesuai dengan keterangan dalam Al-Qur`an dan Sunnah Rasulullah صلی الله عليه وسلم,
Tidak
boleh bagi kita untuk menambah atau mengurangi bilangannya, atau menentukan
waktunya tanpa dalil, atau membuat cara-cara berdzikir
tersendiri tanpa disertai dalil baik dari Al-Qur`an ataupun hadits yang
shahih/hasan,
Seperti
berdzikir secara berjama’ah dengan komando salah seorang Imam/Jamaah apalagi
Dengan Suara yg Keras.
Firman
Allah,
وَاذْكُرْ
رَبَّكَ فِي نَفْسِكَ تَضَرُّعًا وَخِيفَةً وَدُونَ الْجَهْرِ مِنَ الْقَوْلِ
بِالْغُدُوِّ وَالآصَالِ وَلا تَكُنْ مِنَ الْغَافِلِين
“Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam
hatimu dengan merendahkan
diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan
janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.” (Al-A’raaf:205)
(lebih
jelasnya lihat kitab Al-Qaulul Mufiid fii Adillatit Tauhiid, Al-Ibdaa’ fii
Kamaalisy Syar’i wa Khatharul Ibtidaa’, Bid’ahnya Dzikir Berjama’ah, dan
lain-lain).
"DZIKIR-DZIKIR
SETELAH SALAM DARI SHALAT WAJIB berdasarkan dalil Shahih"
Diantara
dzikir-dzikir yang sifatnya muqayyad adalah dzikir setelah salam dari
shalat wajib.
Ibnu ‘Umar
berkata:
“Sungguh aku telah melihat Rasulullah
menekuk tangan (yaitu jarinya) ketika mengucapkan dzikir-dzikir tersebut.”
Setelah
selesai mengucapkan salam ke kanan dan ke kiri, kita disunnahkan berdzikir,
yaitu sebagai berikut:
1. Membaca:
أَسْتَغْفِرُ
اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ أَسْتَغْفِرُ اللهَ اللَّهُمَّ أَنْتَ السَّلاَمُ
وَمِنْكَ السَّلاَمُ تَبَارَكْتَ يَا ذَا الْجَلاَلِ وَالإِكْرَامِ
"Astaghfirullah
3X"
"Allahumma
antassalam waminkassalam tabarakta Ya Dzaljalali wal ikram"
“Aku meminta ampunan kepada Allah
(tiga kali). Ya Allah, Engkaulah As-Salaam (Yang selamat dari
kejelekan-kejelekan, kekurangan-kekurangan dan kerusakan-kerusakan) dan dari-Mu
as-salaam (keselamatan), Maha Berkah Engkau Wahai Dzat Yang Maha Agung dan Maha
Baik.” (HR. Muslim 1/414)
2. Membaca:
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ, اللَّهُمَّ لاَ مَانِعَ لِمَا أَعْطَيْتَ
وَلاَ مُعْطِيَ لِمَا مَنَعْتَ وَلاَ يَنْفَعُ ذَا الْجَدِّ مِنْكَ الْجَدُّ
"Laa
ilaaha Illallahu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku walahul Hamdu wahuwa
'alaa kulli syai-inq qodir, Allahumma laa mani 'aa lima a' thoita wala
mughthiya lima managhta wala yanfa'u dzaljaddi minkal jaddu"
“Tiada tuhan yang berhak diibadahi
selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan
Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Ya Allah, tidak ada yang dapat menolak
terhadap apa yang Engkau beri dan tidak ada yang dapat memberi terhadap apa
yang Engkau tolak dan orang yang memiliki kekayaan tidak dapat menghalangi dari
siksa-Mu.” (HR. Al-Bukhariy 1/255 dan Muslim 414)
3. Membaca:
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ، لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ، لاَ حَوْلَ وَلاَ قُوَّةَ إِلاَّ بِاللهِ،
لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ، لَهُ النِّعْمَةُ وَلَهُ
الْفَضْلُ وَلَهُ الثَّنَاءُ الْحَسَنُ، لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ مُخْلِصِيْنَ
لَهُ الدِّيْنَ وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُوْنَ
"Laa
ilaaha Illallahu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku walahul Hamdu wahuwa
'alaa kulli syai-inq qodir, laa haula wala Quwwata illa billah, laa ilaaha
illallahu wala na'budhu illa iyyahu, lahun ni'matu walahul fadhlu walahus sana'ul
hasan, laa ilaaha illallahu mukhlisina lahuddin walau karihal khafirun"
“Tiada tuhan yang berhak diibadahi
selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan
Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu. Tiada daya dan upaya serta kekuatan
kecuali dengan pertolongan Allah dan kami tidak beribadah kecuali kepada Allah,
milik-Nya-lah segala kenikmatan, karunia, dan sanjungan yang baik, tiada tuhan
yang berhak diibadahi selain Allah, kami mengikhlashkan agama untuk-Nya
walaupun orang-orang kafir benci.” (HR. Muslim 1/415)
4. Membaca:
سُبْحَانَ
اللهُ
“Subhaanallahu 33X"
"Maha Suci
Allah.” (tiga puluh tiga kali)
اَلْحَمْدُ
لِلَّهِ
“Alhamdulillah
33X"
"Segala puji
bagi Allah.” (tiga puluh tiga kali)
اَللهُ
أَكْبَرُ
“Allahu
Akbar 33"
Allah Maha
Besar.” (tiga puluh tiga kali)
Kemudian
dilengkapi menjadi seratus dengan membaca,
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
"Laa
ilaaha Illallahu wahdahu laa syarikalahu, lahul mulku walahul Hamdu wahuwa
'alaa kulli syai-inq qodir"
“Tiada tuhan yang berhak diibadahi
selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, dan
Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”
“Barangsiapa
mengucapkan dzikir ini setelah selesai dari setiap shalat wajib, maka diampuni
dosa-dosanya walaupun sebanyak buih di lautan. (HR.
Muslim 1/418 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Dari
‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu dari Nabi صلی الله عليه
وسلم, beliau bersabda,
“Ada dua sifat (amalan) yang tidaklah
seorang muslim menjaga keduanya (yaitu senantiasa mengamalkannya, pent) kecuali
dia akan masuk jannah, dua amalan itu (sebenarnya) mudah, akan tetapi yang
mengamalkannya sedikit, (dua amalan tersebut adalah): mensucikan Allah Ta’ala
setelah selesai dari setiap shalat wajib sebanyak sepuluh kali (maksudnya
membaca Subhaanallaah), memujinya (membaca Alhamdulillaah) sepuluh kali, dan
bertakbir (membaca Allaahu Akbar) sepuluh kali, maka itulah jumlahnya 150 kali
(dalam lima kali shalat sehari semalam, pent) diucapkan oleh lisan, akan tetapi
menjadi 1500 dalam timbangan (di akhirat).
Dan amalan
yang kedua, bertakbir 34 kali ketika hendak tidur, bertahmid 33 kali dan
bertasbih 33 kali (atau boleh tasbih dulu, tahmid baru takbir, pent), maka
itulah 100 kali diucapkan oleh lisan dan 1000 kali dalam timbangan.”
Para
shahabat bertanya, “Ya
Rasulullah, bagaimana dikatakan bahwa kedua amalan tersebut ringan/mudah akan
tetapi sedikit yang mengamalkannya?“
Rasulullah صلی
الله عليه وسلم
menjawab, “Syaithan mendatangi salah seorang dari kalian ketika hendak
tidur, lalu menjadikannya tertidur sebelum mengucapkan dzikir-dzikir tersebut,
dan syaithan pun mendatanginya di dalam shalatnya (maksudnya setelah shalat),
lalu mengingatkannya tentang keperluannya/kebutuhannya (lalu dia pun pergi)
sebelum mengucapkannya.”
(Hadits
Shahih Riwayat Abu Dawud no.5065, At-Tirmidziy no.3471, An-Nasa`iy 3/74-75,
Ibnu Majah no.926 dan Ahmad 2/161,205, lihat Shahiih Kitaab Al-Adzkaar, karya
Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy 1/204)
Kita boleh
berdzikir dengan kalimat tasbih, tahmid dan takbir masing-masing 33 kali dengan
ditambah Kalimat tahlil satu kali atau masing-masing 10 kali (ketika waktu kita
sempit, misal ada keperluan), asalkan istiqomah, JANGAN SAMPAI TDK BERDZIKIR
SAMA SEKALI SETELAH SHALAT FARDHU.
Hadits ini
selayaknya diperhatikan oleh kita semua, jangan sampai amalan yang sebenarnya
mudah, tidak bisa kita amalkan.
Tentunya
amalan/ibadah semudah apapun tidak akan terwujud kecuali dengan pertolongan
Allah. Setiap beramal apapun seharusnya kita meminta pertolongan kepada Allah,
dalam rangka merealisasikan firman Allah,
إِيَّاكَ
نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِينُ
“Hanya kepada Engkaulah kami
beribadah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan.”
(Al-Faatihah:4)
5.
Membaca surat Al-Ikhlaash, Al-Falaq dan An-Naas satu kali setelah shalat
Zhuhur, ‘Ashar dan ‘Isya`.
Adapun
setelah shalat Maghrib dan Shubuh dibaca tiga kali.
(HR. Abu
Dawud 2/86 dan An-Nasa`iy 3/68, lihat Shahiih Sunan At-Tirmidziy 2/8, lihat
juga Fathul Baari 9/62)
6. Membaca
ayat kursi yaitu surat Al-Baqarah: 255
Barangsiapa
membaca ayat ini setiap selesai shalat tidak ada yang dapat mencegahnya masuk
jannah kecuali maut. (HR. An-Nasa`iy dalam ‘Amalul yaum wal lailah no.100,
Ibnus Sunniy no.121 dan dishahihkan Asy-Syaikh Al-Albaniy dalam Shahiihul
Jaami’ 5/339 dan Silsilatul Ahaadiits Ash-Shahiihah 2/697 no.972)
7. Membaca:
اللَّهُمَّ
أَعِنِّيْ عَلَى ذِكْرِكَ وَشُكْرِكَ وَحُسْنِ عِبَادَتِكَ
"Allahumma
a"inni "alaa dzikrika wasyukrika wahusni "ibadatika"
Sebagaimana
diterangkan dalam hadits Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu bahwasanya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memegang kedua tangannya dan berkata,
“Ya Mu’adz, Demi Allah,
sungguh aku benar-benar mencintaimu.” Lalu beliau bersabda, “Aku wasiatkan
kepadamu Ya Mu’adz, janganlah sekali-kali engkau meninggalkan di setiap selesai
shalat, ucapan...” (lihat di atas):
“Ya Allah, tolonglah aku agar
senantiasa mengingat-Mu, bersyukur kepada-Mu dan beribadah dengan baik
kepada-Mu.” (HR. Abu Dawud 2/86 dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh
Al-Albaniy dalam Shahiih Sunan Abi Dawud 1/284)
Do’a ini
bisa dibaca setelah tasyahhud dan sebelum salam atau setelah salam. (‘Aunul
Ma’buud 4/269)
8. Membaca:
لاَ
إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ, لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ
يُحْيِيْ وَيُمِيْتُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيْرٌ
“Tiada tuhan yang berhak diibadahi
selain Allah, tiada sekutu bagi-Nya, bagi-Nya segala kerajaan, dan pujian, yang
menghidupkan dan mematikan dan Dia Maha Berkuasa atas segala sesuatu.”
Dibaca
sepuluh kali setelah shalat Maghrib dan Shubuh. (HR. At-Tirmidziy 5/515 dan
Ahmad 4/227, lihat takhrijnya dalam Zaadul Ma’aad 1/300)
9. Membaca:
اللَّهُمَّ
إِنِّيْ أَسْأَلُكَ عِلْمًا نَافِعًا وَرِزْقًا طَيِّبًا وَعَمَلاً مُتَقَبَّلاً
“Ya Allah, sesungguhnya aku meminta
kepada-Mu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima.”
Setelah salam dari shalat shubuh. (HR. Ibnu Majah, lihat Shahiih
Sunan Ibni Maajah 1/152 dan Majma’uz Zawaa`id 10/111)
Semoga kita
diberikan taufiq oleh Allah sehingga bisa mengamalkan dzikir-dzikir ini,
aamiin.
Wallaahu
A’lam.
Maraaji’:
Hishnul Muslim, karya Asy-Syaikh Sa’id bin ‘Ali bin Wahf Al-Qahthaniy, Shahiih
Kitaab Al-Adzkaar wa Dha’iifihii, karya Asy-Syaikh Salim Al-Hilaliy dan
Al-Kalimuth Thayyib, karya Ibnu Taimiyyah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar